Friday 3 April 2015

PEMULIAAN TERNAK DAN SEJARAHNYA



BAB I.
PEMULIAAN TERNAK DAN SEJARAHNYA

Deskripsi singkat isi pokok bahasan
Pemuliaan ternak adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan produksi ternak (daging, susu, telur, wool, dan sutera alam) lewat peningkatan mutu genetik. Usaha pemuliaan ternak untuk sifat-sifat yang berhubung dengan nilai ekonomis sudah dilakukan manusia sejak abad ke 18.

Tujuan Instruksi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa akan dapat menjelaskan dengan benar (80%) tentang pengertian pemuliaan ternak, dan menceriterakan secara ringkas sejarah pemuliaan ternak.

Cara belajar
Baca dan pahami baik-baik bab ini, buat ringkasan dan pertanyaan, serta kerjakan soal-soal latihan.

Isi
1.1. Pemuliaan ternak
Hasil ternak berupa daging, telur, dan susu merupakan sumber protein bagi manusia. Tidak seperti sumber protein yang berasal dari non-ternak, hasil ternak mengandung asam amino yang lengkap.
Tuhan menciptakan hewan ternak untuk dimanfaatkan oleh manusia. Manusia dengan akal budinya berusaha memanfaatkan karunia Tuhan tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu sejak diciptakan Tuhan hingga sekarang manusia terus berupaya agar hasil ternak dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan kualitas yang bagus sesuai dengan kebutuhan manusia.
Pemuliaan ternak adalah usaha manusia untuk meningkatkan produksi ternak dengan cara meningkatkan mutu genetiknya. Peningkatan mutu genetik dapat dilakukan dengan cara seleksi, dan atau perkawinan silang. Peningkatan mutu genetik dapat diartikan meningkatkan frekuensi gen (gen-gen) yang diinginkan, sekaligus menurunkan frekuensi gen (gen-gen) yang tidak diinginkan di dalam suatu populasi atau kelompok ternak.
Hasil dari peningkatan mutu genetik berupa bertambahnya rata-rata nilai genetic atau peningkatan potensi produksi yang akan terekspresikan bila kondisi lingkungan kondusif. Dengan demikian usaha peningkatan mutu genetik harus diimbangi dengan perbaikan lingkungan. Contoh: perbaikan potensi produksi telur pada unggas harus disertakan perbaikan pakan, sistem pemeliharaan dan sebagainya. Ibarat sebuah pabrik, peningkatan kapasitas produksi harus diikuti dengan peningkatan jumlah bahan untuk diproduksi. Secara kasat mata, peningkatan mutu genetik menghasilkan peningkatan rata-rata penampilan suatu atau beberapa sifat dari suatu populasi ternak.

1.2. Sejarah pemuliaan ternak
Sejarah tentang  pemulia biakan ternak mungkin telah dimulai sejak domestikasi ternak. Pada saat itu diseleksi hewan-hewan yang dapat dijinakkan. Sifat tingkah laku hewan sangat diperlukan sebagai dasar untuk seleksi. Dimungkinkan beberapa sifat kuantitatif ikut terseleksi. Seleksi untuk keterdekatan dengan manusia lebih penting pada saat itu. Anjing, mungkin hewan pertama yang dapat didomestikasi sekitar 12.000 tahun yang lalu. Seleksi pada hewan yang telah didomestikasi mengalami kemajuan yang sangat lambat untuk perbaikan penampilan, terutama sifat untuk mudah beradaptasi terhadap lingkungan.
Usaha pemuliabiakan ternak untuk sifat-sifat ekonomis dilakukan pertama kali oleh Bapak Pemuliaan Ternak bernama Robert Bakewell yang hidup pada tahun 1725 – 1795. Dia melakukan pemuliaan ternak pada kuda, sapi, dan domba. Dari masing-masing spesies tersebut dihasilkan bangsa baru: kuda Shire, sapi Longhorn, dan domba Leicester. Bangsa baru untuk sapi dan domba tersebut adalah tipe pedaging. Tes progeni pertama kali dilakukan atas sapi dan domba oleh Bakewell. Robert Bakewell melaksanakan pemuliaan ternak berupa pembentukan bangsa baru belum berlandaskan atas suatu teori. Itulah sebabnya peternak lain gagal untuk meniru dia. Pada abad ke 19 pembentukan bangsa baru terus berlanjut. Masalah yang hampir selalu muncul pada pembentukan bangsa baru adalah inbreeding, berupa penurunan fertilitas.
Budidaya manusia makin berkembang. Untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia dari hasil-hasil ternak didapatkan Ilmu Genetika ternak yaitu ilmu yang mengkaji tentang asas pewarisan sifat  pada ternak. Dari ilmu ini muncul Ilmu Pemuliaan  Ternak yaitu ilmu yang mengkaji tentang pengaplikasian asas-asas genetika ternak dengan tujuan memperbaiki penampilan ternak. Ilmu Pemuliaan  Ternak mencakup Genetika Populasi , dan Genetika Kuantitatif. Genetika Populasi banyak membahas tentang  sifat-sifat kualitatif , frekuensi gen, frekuensi genotip, dan frekuensi fenotip dalam populasi. Genetika Kuantitatif banyak membahas tentang  sifat-sifat kuantitatif khususnya sifat-sifat yang bernilai ekonomis pada suatu populasi ternak.

a. Era teori evolusi
            Sebelum membahas Genetika Mendel ada baiknya melihat ke belakang ke era sebelumnya, yaitu  era Teori evolusi. Di Perancis, seorang ahli ilmu hewan bernama Lamarck (1744-1829) menganut teori evolusi. Menurut teori tersebut, spesies akan mengalami adaptasi yang progresif di lingkungan spesies tersebut berada. Perkembangan organ yang berbeda-beda seperti kaki pada reptil, leher pada jerapah, hilangnya ekor pada manusia karena “dipakai atau tidak dipakai”. Kalau organ tersebut selalu dipakai, maka  organ tersebut akan tumbuh dengan pesat. Karena jerapah selalu memakan daun-daun muda di pepohonan yang tinggi maka lehernya memanjang.
            Charles Darwin (1809-1882), yang mempublikasikan bukunya tentang  “asal muasal spesies”  tidak menarik garis tegas antara keragaman yang diwariskan dan yang tidak diwariskan, tetapi hanya berasumsi bahwa sebagian dari keragaman tersebut diwariskan. Pembentukan spesies  menurut Darwin adalah karena seleksi alam. Individu-individu yang dapat beradaptasi akan selamat hidup dan berkembang biak, sebaliknya individu yang tidak dapat beradaptasi akan musnah.

b. Era Teori Mendel
Asas-asas transmisi bahan-bahan genetik dari satu generasi ke generasi berdasarkan asas Mendel. Asas tersebut pertama kali dirumuskan pada tahun 1865 oleh Gregor Mendel, seorang pendeta dari Austria, berdasarkan hasil  penelitiannya pada tanaman ercis (Pisum sativum).
            Yang pertama menetapkan pewarisan sifat adalah seorang ahli ilmu hewan dari Jerman bernama August Weismann, yang pada tahun 1892 menyajikan teori tentang  “ the continuity of germ plasm”.  Weismann membedakan antara sel soma  (tubuh) dengan sel kelamin (germ plasm). Dia termasuk salah satu ahli yang juga berpendapat bahwa penentu sifat yang diwariskan adalah kromosom yang berada dalam sel.
            Pada pertengahan pertama dari abad ke 19, di Jerman berkembang apa yang dinamakan “ principle of constancy” . Menurut faham ini, suatu bangsa ternak setelah diseleksi beberapa generasi akan mencapai kondisi murni (pure breed). Kehomogenan bangsa ternak tersebut tergantung pada banyaknya generasi dibutuhkan untuk pelaksanaan  seleksi.
 Pada tahun 1900 asas tentang  pewarisan sifat , yang telah diformulasikan oleh Mendel 25 tahun yang lalu, ditemukan kembali. Penelitian intensif dilakukan di beberapa negara untuk mengetes hukum Mendel pada beberapa spesies ternak dan tanaman. Seorang ahli genetika dari Inggris bernama William Bateson (1860-1926) mendemonstrasikan hukum tentang  keturunan tersebut pada sifat kualitatif dari ternak-ternak  di peternakan. Pada tahun 1902 Bateson mempublikasikan hasil penelitiannya tentang  pewarisan bentuk jengger ayam betina. Bateson bekerjasama dengan Saunders mempublikasikan pewarisan sifat bertanduk dan tak bertanduk pada sapi.
Tahun 1906 Bateson menetapkan definisi klasik dari genetika sebagai bidang studi: “Genetika adalah ilmu yang mengkaji tentang  pewarisan sifat dan keragamannya guna menemukan hukum-hukum yang berkenaan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antar individu yang memiliki nenek moyang sama”.
Bateson juga menetapkan istilah-istilah teknis dalam genetika seperti homosigot, heterosigot, allelomorph, yang sekarang umum dipakai. Seorang ahli botani, Wilhelm Johannson, pada tahun 1906 pertama kali menggunakan istilah gen, genotip, dan fenotip dalam bukunya “elemente der exakten Erblichkeitslehre”.
            Walaupun Genetika Mendel relatif sedikit langsung berhubung dengan perbaikan penampilan ternak, asas-asas Mendel mendasari genetika ternak, genetika populasi, dan genetika kuantitatif.

c. Biometri
Francis Galton (1822-1911) memperkenalkan metode statistik untuk mengkaji pewarisan sifat. Dia adalah penemu Ilmu Biometri. Pada tahun 1897 Galton mengumumkan “hukum statistik tentang  keturunan”  (a stastistical low of heredity). Dia merumuskan hukumnya sebagai berikut: “Kedua tetua masing-masing mewariskan setengah dari sifat yang dimilikinya (0,5), keempat kakek/nenek masing-masing mewariskan seperempat dari sifat yang dimilikinya (0,5)2, dan kedelapan kakek/nenek buyut masing-masing mewariskan seperdelapan dari sifat yang dimilikinya (0,5)3”.
Sebelum asas-asas Mendel kembali ditemukan, Galton dan Pearson dengan menggunakan statistik regresi dan korelasi, menemukan prinsip / asas bahwa tingkat  kemiripan antar ternak menurun setengah dari suatu generasi  ke generasi  berikutnya.
d. Teori Mendel versus Biometri
Bateson adalah orang yang gencar mempromosikan asas-asas Mendel, yang bertentangan dengan ahli-ahli Biometri yang menolak Hukum Mendel pada dua dekade pertama dari abad ke 20.
            Selama beberapa tahun baik penganut Mendel maupun para ahli Biometri tidak dapat saling membuktikan kebenaran pihak “lawan”nya karena perbedaan dasar berpijak. Penganut Mendel menggunakan dasar frekuensi genotip dan fenotip, sedangkan para ahli Biometri menggunakan dasar korelasi dan regresi. Akhirnya R.A .Fisher dari Inggris, dan Sewall Wright dari A.S. dapat menjembatani  gap antara penganut  Mendel dengan para ahli Biometri. Mereka berdua dapat menunjukkan bahwa frekuensi genotip dan fenotip adalah dasar dari korelasi-korelasi dalam biometri. Kedua ahli tersebut berhasil menggabungkan asas-asas Mendel dengan konsep-konsep statistik yang relatif sederhana untuk membentuk dasar Genetika Kuantitatif.
Tahun 1918 Fisher mempublikasikan sebuah tulisan ilmiah tentang   hubungan antar saudara dengan menggunakan asumsi dari teori Mendel. Beberapa tahun kemudian, Sewall Wright mempublikasikan beberapa seri tulisan ilmiah tentang  efek genetik dari sistem perkawinan yang berbeda-beda, hubungannya dan penyebabnya. Di papernya yang belakangan Wright mengembangkan teori yang menjelaskan tentang  hubungan-hubungan penyebab. Bersamaan dengan itu, analisa varians makin penting dalam segala bidang penelitian biologi.

e. Genetika populasi
Genetika populasi biasanya terbatas pada pewarisan sifat-sifat kualitatif  yang hanya dipengaruhi oleh satu atau beberapa gen saja. Asas-asas genetika populasi dapat digunakan untuk mendesain strategi seleksi untuk meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan, sekali gus mengeliminasi gen-gen yang tidak diinginkan.
Tahun 1908 seorang ahli matematik bernama Hardy dan seorang dokter merangkap ahli genetika bernama Weinberg mendapatkan hukum keseimbangan populasi, bersama-sama dengan hasil penelitian Fisher dan Wright ditemukanlah fondasi genetika populasi.


f. Genetika kuantitatif
            Genetika kuantitatif lebih komplek daripada Genetika Populasi, karena pada sifat-sifat kuantitatif (seperti: produksi susu, pertumbuhan  badan, jumlah anak sepelahiran) banyak gen ikut ambil bagian. Pengaruh dari masing-masing gen jarang dapat dilihat atau diukur. Teori tentang  seleksi lebih kompleks lagi dengan adanya pengaruh acak dari lingkungan, dan faktor-faktor non-genetik lainnya yang cenderung menutupi efek kombinasi dari beberapa gen yang mempengaruhi sifat kuantitatif tersebut.  Namun demikian, dari segi praktek sehari-hari, terutama dalam memproduksi ternak, Genetika Kuantitatif lebih penting dibandingkan Genetika Populasi dan Genetika Mendel. Hasil seleksi untuk sifat-sifat kuantitatif secara ekonomi lebih penting daripada sekedar mewariskan sifat-sifat.
Jay L. Lush adalah orang Amerika yang menjadi pioner dalam pengaplikasian genetika populasi. Teori umum telah dikembangkan yang dapat diaplikasikan untuk menganalisis pewarisan sifat-sifat kuantitatif  dan mengestimasi nilai biak  suatu ternak dan mengestimasi hasil seleksi. Dengan bantuan genetika populasi dimungkinkan untuk menentukan metode perkawinan dan seleksi guna menghasilkan hasil yang bagus.
            Sifat-sifat ternak yang diseleksi umumnya sifat kuantitatif. Contoh pada kuda. Kuda dimuliabiakkan untuk ternak kerja (menarik bajak), dan untuk transportasi. Untuk tujuan  kuda pacu, diseleksi kecepatan dan ketahanan untuk lari.
Pencatatan atau recording penampilan sangat diperlukan. Sekitar tahun 1890 dikembangkan metode yang cepat untuk mendeterminasi kandungan lemak dalam susu. Rekording tentang  laju pertumbuhan  badan, konsumsi pakan dan kualitas karkas babi dimulai pada tahun 1907 di Denmark, pada tahun 1923 di Swedia. Sejak saat itu seleksi yang berdasarkan atas sifat-sifat luar saja mulai ditinggalkan.

Rangkuman
Pemuliaan ternak adalah usaha manusia untuk meningkatkan produksi ternak dengan cara meningkatkan rata-rata nilai genetik dalam suatu populasi atau kelompok ternak. Hasil ini berupa peningkatan potensi produksi yang akan terekspresikan bila kondisi lingkungan kondusif. Dengan demikian usaha peningkatan mutu genetik harus diimbangi dengan perbaikan lingkungan.
Sejarah tentang  pemuliabiakan ternak mungkin telah dimulai sejak domestikasi ternak. Yang tercatat dalam sejarah, pemuliaan ternak diawali dari Pra Mendel, dilanjutkan dengan era Mendel, kemudian genetika populasi, dan berlanjut dengan era genetika kuantitatif. Pada era Pra Mendel, muncul teori-teori evolusi dari  Lamarck, dan juga Charles Darwin. Bapak Pemuliaan Ternak bernama Robert Bakewell (1725 – 1795) melakukan pemuliabiakan ternak untuk sifat-sifat ekonomis  pada kuda, sapi, dan domba. Pada era  Mendel Asas-asas transmisi bahan-bahan genetik dari satu generasi ke generasi dirumuskan pada tahun 1865 oleh Gregor Mendel. Pada tahun 1902 Bateson membuktikan asas Mendel pada pewarisan bentuk jengger ayam betina, dan bersama Saunders membuktikan asas Mendel pada pewarisan sifat bertanduk dan tak bertanduk pada sapi. Statistik mulai digunakan orang untuk penelitian pemuliaan ternak. Galton dan Pearson dengan menggunakan statistik regresi dan korelasi, menemukan prinsip / asas bahwa tingkat  kemiripan antar ternak menurun setengah dari suatu generasi  ke generasi  berikutnya. Francis Galton (1822-1911), Bapak Biometri,  memperkenalkan metode statistik untuk mengkaji pewarisan sifat. Pada tahun 1897 Galton mengumumkan “hukum statistik tentang  keturunan”  (a stastistical low of heredity). Pada dua dekade pertama dari abad ke 20 terjadi pertentangan antara penganut asas Mendel dengan para ahli Biometri karena dasar berpijak yang berbeda. R.A. Fisher, dan Sewall Wright dapat menjembatani  gap antara penganut  Mendel dengan para ahli Biometri dengan menunjukkan bahwa frekuensi genotip dan fenotip adalah dasar dari korelasi-korelasi dalam biometri. Kedua ahli tersebut berhasil membentuk dasar Genetika Kuantitatif. Tahun 1908 Hardy dan Weinberg mendapatkan hukum keseimbangan populasi, bersama-sama dengan hasil penelitian Fisher dan Wright ditemukanlah fondasi genetika populasi. Dengan bantuan genetika populasi, Jay L. Lush, pioner dalam pengaplikasian genetika populasi, dapat  memecahkan masalah pada genetika kuantitatif seperti menentukan metode perkawinan dan seleksi guna menghasilkan keturunan yang bagus.

Soal/Latihan
  1. Berikan definisi tentang  pemuliaan ternak!
  2. Apa kaitan hasil pemuliaan ternak dengan lingkungan ternak ?
  3. Kapan, pada spesies apa saja, dan oleh siapa usaha pemuliabiakan ternak untuk sifat-sifat ekonomis  dilakukan untuk yang pertama kali?
  4. Apa itu Ilmu Pemuliaan  Ternak?
  5. Apa yang saudara ketahui tentang  teori evolusi dari Lamarck? Berikan contoh pada salah satu spesies hewan!
  6. Jelaskan secara singkat teori pembentukan spesies menurut Charles Darwin!
  7. Bagaimana  kaitan asas-asas Mendel dengan genetika ternak, genetika populasi, dan genetika kuantitatif?
  8. Mengapa pernah terjadi pertentangan antara para penganut Mendel dengan para ahli biometri?
  9. Siapa sebagai “juru damai” antara kedua pihak tersebut? Jelaskan bagaimana  para juru damai membuat mereka damai!
  10. Ceriterakan secara singkat apa yang saudara ketahui tentang  Genetika Populasi dengan Genetika Kuantitatif!
  11. Siapa itu Hardy dan Weinberg?
  12. Siapa Jay L. Lush ? Teori tentang  apa yang dikembangkan olehnya?

Daftar Pustaka
Johanson, I. dan J. Rendel. 1968. Genetics and breding. M.Taylor (translater). Oliver
& Boyd. Edinburg and London.
Lasley, F.J. 1978. Genetics of livestock improvement. Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliffs. USA.
Strickberger, M.W. 1976. Genetics. Second edition. Macmillan Publishing Co. Inc. New York. Collier macmillan Publishers. London.
Suryo, 1989. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wani, A. 2012. History of animal breeding. http://goarticles.com/article/HISTORY-OF-ANIMAL-BREEDING/6321251/. Unggah 7 Oktober 2012.


Daftar istilah
Allelomorph = gen yang mempengaruhi karakter atau perkembangan proses tertentu.
Biometri = statistik khusus untuk bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan biologi
Evolusi = perubahan yang sangat lambat pada antar generasi dari suatu spesies yang menghasilkan keturunan dengan morfologi dan fisiologi yang berbeda.
Fenotip = penampilan suatu ternak
Gen = unit terkecil pewarisan sifat yang terdapat pada kromosom
Genom = adalah semua informasi genetik yang dibawa DNA, baik di inti sel (nukleus), mitokondria, maupun plastida.
Genotip = komposisi pasangan gen suatu ternak
Heterosigot = individu yang genotipnya berbeda antara gen dengan alelnya
(Contoh: Bb)
Homosigot = individu yang genotipnya sama antara gen dengan alelnya
(Contoh: BB atau bb)
Progeni = anak hasil perkawinan










No comments:

Post a Comment